Minggu, 23 November 2014

Green Plan, Green Architecture & Green City

GREEN PLAN

Green Plan atau dalam bahasa Indonesia adalah Perencanaan Hijau, ialah perencanaan dan perancangan kota/bangunan yang ramah lingkungan, yang bertujuan meningkatkan kualitas rencana tata ruang dan tata kota yang lebih sensitif terhadap segala sesuatu yang hijau, seperti tanaman-tanaman. Upaya adaptasi dan mitigasi terhadap peubahan iklim, sejalan dengan maraknya isu lingkungan tentang Global Warming. 
Tujuan dari perencanaan tersebut adalah untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alami dan lingkungan buatan di perkotaan, serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.
Beberapa contoh Green Plan untuk perencanaan tata kota:
1. Birmingham Landscape Planning with Green Plan
 

2.  EuropaCity: Paris's Big Green Little Brother


GREEN ARCHITECTURE

Banyaknya isu di dalam ruang lingkup arsitektur dan lingkungan, maka terciptalah sebuah konsep yang didasari atas isu lingkungan yang sangat booming di dunia ini. Adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep tersebut dinamakan Green Architecture atau dalam bahasa Indonesia adalah Arsitektur Hijau. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang. Green architecture (arsitekture hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis. Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat. 'Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Berikut ada beberapa contoh bangunan yang menggunakan konsep Green Architecture di Indonesia, terlebih di Jakarta

1. Wisma Dharmala (Intiland Tower)
Meskipun bukan merupakan bangunan bersertifikasi GBCI, namun gedung ini telah menerapkan aspek-aspek arsitektur hijau. Didirikan tahun 1986 oleh arsitek Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentuk atap-atap di Indonesia yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga apabila di dalam gedung tidak akan secara langsung diterpa cahaya matahari. Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk masih terasa di dalanya tanpa kehujanan saat merasakannya. Bahkan di perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan. Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca ttelahmemberi panas yang cukup parah dan tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada koridor hal tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang hari juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa pengguna merasa terik maupun kehujanan.

2. Menara BCA
Merupakan bangunan peraih sertifikasi hijau pertama di Jakarta, bangunan pencakar langit ini menggunakan double glasses sehingga hemat energi sampai 35 persen. Lahan ini juga mampu mengolah air hujan sampai seratus persen. Namun tidak semaksimal aspek arsitektur hijau yang diterapkan Wisma Dharmala, bangunan ini tidak benar-benar memaksimalkan penggunaan energi alam dan iklim tropisnya. Kalau itu benar-benar dimanfaatkan, maka penggunaan double glasses tidak diperlukan. Namun teknologi ini bisa menjadi salahsatu usaha penghematan energi dan tetap ramah lingkungan meskipun desain bangunannya modern ataupun futurisitik. Material yang digunakan pada bangunan ini seluruhnya merupakan material lokal.

3. Sampoerna Strategic Square

Masih satu kategori dengan menara BCA yaitu peraih sertifikasi GBCI, bangunan ini secara desain juga memiliki keunikan tersendiri. Desainnya seperti bangunan Eropa klasik dengan taman yang bertema senada dengan bangunanya. Teknologi bangunan hijau yang diterapkan adalah aspek mendaur ulang sumber daya yang ada yaitu air kemudian digunakan untuk perawatan lansekap dan cooling tower. Selain itu dilakukan upla pemisahan sampah sehingga pengolahannya lebih mudah dan tidak mencemari lingkungan. Sama seperti Menara BCA, tidak semaksimal aspek arsitektur hijau yang diterapkan Wisma Dharmala, namun tetap merespon lingkungannya menggunakan teknologi yang dimiliki.



GREEN CITY 

Issue lingkungan yang terjadi di dunia ini tidak hanya menciptakan konsep-konsep hijau seperti Green Plan dan Green Architecture. Issue lingkungan yang terjadi menimbulkan permasalahan degradasi kondisi lingkungan yang menyebabkan pencemaran air, udara dan tanah tidak terelakkan lagi seiring perkembangan pembangunan di seluruh dunia terutama di perkotaan. Urbanisasi hal yang terjadi di sebagian besar kota-kota di dunia. Penyebabnya antara lain tidak seimbangnya pembangunan antara desa dan kota. Daya dukung kota-kota semakin lemah dalam memfasilitasi kebutuhan warga kota. Polusi udara dan pencemaran air serta tanah, pemenuhan kebutuhan warga untuk bisa hidup sehat, nyaman dan sejahtera, menjadi persoalan yang perlu dicari solusinya oleh semua pihak. Berdasarkan keadaan itu, dalam melakukan perencanaan kota dibutuhkan pendekatan konsep perencanaan yang berkelanjutan. Konsep yang dibuat adalah konsep Green City yang selaras dengan alam.  
Konsep Green City dapat menjadi solusi bagi pelaku pembangunan Kota Hijau (Green city), suatu jargon yang sedang dicanangkan di seluruh dunia agar masing-masing kota memberi kontribusi terhadap penurunan emisi karbon untuk penurunan pemanasan global. Green City dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang secara ekologis juga dapat dikatakan kota yang sehat. Artinya adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan semua pihak terkait (stakeholders)
Namun konsep ini juga memiliki kelemahan. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makso, dan sebaginya. Disamping itu, penerapannya saat ini kebanyakan pelaksanaan penghijauannya tidak terkonseptual, sehingga menimbulkan citra penghijauan asal jadi tanpa melihat siapa yang dapat mengambil manfaat positif dari adanya penghijauan yang diciptakan.
Berikut beberapa contoh Green City:
1.  Sinarmas Land Green City Balikpapan, Indonesia
 2. Green City




source:
Read this book on Scribd: http://www.scribd.com/doc/64040897
http://www.pekanbaru.go.id/blh/index.php?option=com_content&view=article&id=39%3Akonsep-green-city&Itemid=44
 http://werdhapura.penataanruang.net/component/content/article/12-umumic/178-green-city
google.com 

 PS: THIS ARTICLE WAS CREATED TO COMPLETE THE SECOND TASK OF ARSITEKTUR LINGKUNGAN SUBJECT. IT BELONG TO:

NAMA : DIAH ARUM SARI
NPM : 22313343
KELAS : 2TB02
DOSEN : AGUS SUPARMAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar